Drupadi dan Srikandi


Dewi Drupadi tidak berani menatap ke Bratasena yang ternyata tinggi dan besar sekali itu. Demikian juga Srikandi selalu berpura-pura sibuk mempersiapkan segala sesuatunya. Dan tanpa disadari tiba-tiba begitu banyak gadis dari keputren membantu mempersiapkan upacara itu, kelihatannya semua gadis di kerajaan ini ingin melihat lebih dekat Satria muda berwajah sangat tampan itu.
Pada malam hari di halaman istana semua sudah siap untuk upacara pembakaran mayat. Dibawah sinar bulan purnama semua orang berkumpul dan berdoa kepada dewa agar menerima arwah Raden Gandamana. Permaisuri kerajaan, Dewi Drupadi dan Dewi Srikandi yang masih saja menangisi tiada henti. Permadi yang belum kenal dengan Srikandi mencoba menghibur Srikandi agar tidak terlalu bersedih hati. Srikandi yang gundah itu bercampur aduk perasaannya antara sedih, senang, resah dan berdebar-debar, demi dilihatnya Satria tampan itu menghiburnya.


Demi mendengar bahwa ternyata putrinya akan dinikahkan dengan seorang Putra Mahkota kerajaan Astina Pandudewanata, yang bernama Puntadewa, Permaisuri kerajaan ibunda Dewi Drupadi bergegas minta diri ke belakang dan segera memanggil anaknya Dewi Drupadi, dan sambil mereka duduk di kursi menjelaskan bahwa dia tidak akan menikah dengan Bratasena melainkan dengan Puntadewa putera sulung Prabu Pandudewanata.
“Apakah kamu tidak apa-apa putriku?” bertanya ibunda permaisuri. “Aku hanya pasrah pada kehendak Dewa ibu, apabila hal itu telah menjadi kehendak Dewa maka aku tidak berkebaratan ” demikian jawaban Dewi Drupadi dengan dada yang berdebar-debar, siapa lagikah si Puntadewa itu, ternyata mereka adalah putera-putera raja. Ah dimanakah mereka kini tinggal. berbagai pertanyaan timbul dalam benak Drupadi.

Dalam pada itu masuklah Ibunda Permaisuri dengan Dewi Drupadi yang datang sambil menunduk. Kemudian Prabu Drupada segera menjelaskan maksud Bratasena mengikuti sayembara dan bertanya kepada putrinya apakah dia berkeberatan. Dewi Drupadi malu mengatakan hal yang sebenarnya, dan melihat kearah ibundanya untuk membantu menjelaskan. Ibundanya segera tanggap dan menjelaskan bahwa putrinya tidak berkeberatan dengan hal itu, asalkan itu benar-benar adalah kehendak Dewa.
Dan Ibundanya menjelaskan bahwa dari pembicaraan dengan putrinya, putrinya ingin agar Puntadewa datang sendiri ke Istana untuk bertemu dengan Prabu Drupada dan menyampaikan keinginannya.
Bapa Semar ikut bicara demi mendengar hal itu, dia bersedia untuk menyampaikan segalanya kepada momongannya Puntadewa agar dia mau datang sendiri ke Istana Cempalareja. Selanjutnya rombongan Pandawa meminta diri untuk kembali ke Hutan Amarta dan menyampaikan berita itu kepada Puntadewa dan Ibu Dewi Kunti.
Mendengar rombongan pandawa akan pulang eminta diri Srikandi berlari secepat kilat kebelakang dan segera mengambil bungkusan makanan yang telah dipersiapkan dari tadi kalau-kalau mereka akan pulang hari ini. Dengan malu-malu Srikandi memberikan bekal itu kepada Permadi. Permadi yang bisa merasakan bahwa putri raja adik Drupadi ini sangat tertarik kepadanya menerima bungkusan itu dengan senang hati, kemudian memberikan kepada punakawan untuk membawakan makanan itu sambil berterima kasih. Kemudian mereka mulai berangkat pulang kembali ke Wanamarta.
Sumber: bharatayudha.multiply.com